CINTA KEPADA ALLAH SWT


Cinta kepada Allah SWT dalam Bahasa arab adalah MAHABBATULLAH, mencintai Allah SWT tidak bisa disamakan seperti kita mencintai seseorang atau mencintai kepada makhluk Allah SWT. Dalam kitab Al-Mahabbah, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa cinta kepada Allah SWT adalah tujuan puncak dari seluruh tempat spiritual (letak Ibadah) dan ia menduduki derajad / level yang tinggi. "(Allah) mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya." (QS. 5: 54). Dalam tasawuf, setelah di raihnya tempat kecintaan ini tidak ada lagi tempat yang lain kecuali Kecintaan kepada Allah SWT itu sendiri. Pengantar-pengantar spiritual seperti sabar, taubat, zuhud, ikhlas dan lain lain nantinya akan berujung pada mahabatullah (cinta kepada Allah). hubb adalah awal sekaligus akhir dari sebuah perjalanan keberagamaan kita. Kadang-kadang kita seperti berbeda dalam menjalankan syariat islam karena mazhab/aliran. Cinta kepada Allah yang merupakan inti ajaran tasawuf adalah kekuatan yang bisa menyatukan perbedaan-perbedaan itu.


Cinta kepada Allah ini adalah perkara yang paling tinggi sekali dan itulah tujuan kita yang terakhir. Kita telah berinteraksi kepada Allah SWT secara langsung dan menghindari bahaya kerohanian yang akan menghalang cinta kepada Allah SWT dalam hati manusia. berkenaan berbagai sifat-sifat yang baik sebagai keperluan asas menuju Cinta Allah itu. Kesempurnaan manusia itu terletak dalam Cinta kepada Allah SWT ini, cinta kepada Allah SWT inilah yang bisa menaklukan dan menguasai hati manusia itu seluruhnya. sekalipun tidak dapat seluruhnya, maka sekurang-kurangnya hati itu hendaklah cinta kepada Allah melebihi cinta kepada yang lain.
Sebenarnya mengetahui Cinta Ilahi ini bukanlah satu perkara yang gampang atau mudah sehingga ada satu golongan orang bijak dan pandai dalam segi pemikiran agama yang langsung menggolongkan orang-orang yang mencinta kepada Allah atau Cinta Ilahi itu kepada ketidak benaran. dengan satu alasan bahwa Allah SWT bukan makhluk tetapi Kholik yang tidak bisa disamakan dengan makhluk atau mungkin mereka tidak percaya manusia boleh Mencintai Allah SWT. tetapi seluruh umat muslim mayoritas mengakui dan setuju akan Cinta Kepada Allah SWT. sebagai mana banyak kisah-kisah yang menjelaskan cinta kepada Allah SWT dalam bentuk apapun juga. seperti :
  • Seorang sufi wanita terkenal dari Bahsrah, Rabi'ah Al- Adawiyah (w. 165H) ketika berziarah ke makam Rasulullah SAW.pernah  mengatakan: "Maafkan aku ya Rasul, bukan aku tidak mencintaimu tapi hatiku telah tertutup untuk cinta yang lain, karena telah penuh cintaku pada Allah Swt". Tentang cinta itu sendiri Rabiah mengajarkan bahwa cinta itu harus menutup dari segala hal kecuali yang dicintainya. Bukan berarti Rabiah tidak cinta kepada Rasul, tapi kata-kata yang bermakna simbolis ini mengandung arti bahwa cinta kepada Allah adalah bentuk integrasi dari semua bentuk cinta termasuk cinta kepada Rasul. Jadi mencintai Rasulullah SAW sudah dihitung dalam mencintai Allah SWT.. Seorang mukmin pecinta Allah SWT pastilah mencintai apa apa yang di cintai-Nya pula. Rasulullah SAW berdoa: "Ya Allah karuniakan kepadaku kecintaan kepada-Mu, kecintaan kepada orang yang mencintai-Mu dan kecintaan apa saja yang mendekatkan diriku pada kecintaan-Mu. Jadikanlah dzat-Mu lebih aku cintai dari pada air yang dingin.". Rabiah dipandang sebagai wali Allah karena kesalehannya. mengembangkan konsep cinta yang menurut hematnya harus mengikuti aspek kerelaan (ridha), kerinduan (syauq), dan keakraban (uns). Selain itu ia mengajarkan bahwa cinta kepada Tuhan harus mengesampingkan dari cinta-cinta yang lain dan harus bersih dari kepentingan pribadi. Cinta kepada Allah tidak boleh mengharapkan pahala atau untuk menghindarkan siksa, tetapi semata-mata berusaha melaksanakan kehendak Allah SWT, dan melakukan apa yang bisa menyenangkan-Nya, sehingga Allah SWT kita agungkan. Hanya kepada hamba yang mencintai-Nya dengan cara seperti itu, Allah akan menyibakkan diri-Nya dengan segala keindahan yang sempurna. Rumusan cinta Rabiah dapat di simak dalam doanya "Oh Tuhan, jika aku menyembahmu karena takut akan api neraka, maka bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembahmu karena berharap surga, maka campakanlah aku dari sana; Tapi jika aku menyembahmu karena Engkau semata, maka janganlah engkau sembunyikan keindahan-Mu yang abadi."
  • Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa hubb adalah awal sekaligus akhir dari sebuah perjalanan keberagamaan kita. Kadang kadang kita berbeda dalam menjalankan syariat karena mazhab/aliran. Cinta kepada Allah -yang merupakan inti ajaran tasawuf- adalah kekuatan yang bisa menyatukan perbedaan-perbedaan itu. Rasulullah bersabda; "Belum sempurna imam seseorang itu hingga ia Mencintai Allah dan Rasulnya lebih daripada yang lain". dan do'a ini diajar oleh Nabi kepada sahabatnya; "Ya Allah, kurniakanlah kepada ku Cinta terhadap Mu dan Cinta kepada mereka yang Mencintai mu, dan apa saja yang membawa aku hampir kepada CintaMu, dan jadikanlah CintaMu itu lebih berharga kepadaku dari air sejuk kepada orang yang dahaga."
  • Hasan Basri ada berkata; "Orang yang kenal Allah akan Mencintai Allah, dan orang yang mengenal dunia akan benci kepada dunia itu". 
  • Husain (cucu Rasulullah Saw.) bertaya kepada ayahnya, Sayidina Ali ra: "Apakah engkau mencintai Allah?" Ali ra menjawab, "Ya". Lalu Husain bertanya lagi: "Apakah engkau mencintai kakek dari Ibu?" Ali ra kembali menjawab, "Ya". Husain bertanya lagi: "Apakah engkau mencintai Ibuku?" Lagi-lagi Ali menjawab,"Ya". Husain kecil kembali bertanya: "Apakah engkau mencintaiku?" Ali menjawab, "Ya". Terakhir Si Husain yang masih polos itu bertanya, "Ayahku, bagaimana engkau menyatukan begitu banyak cinta di hatimu?" Kemudian Sayidina Ali menjelaskan: "Anakku, pertanyaanmu hebat! Cintaku pada kekek dari ibumu (Nabi Saw.), ibumu (Fatimah ra) dan kepada kamu sendiri adalah kerena cinta kepada Allah". Karena sesungguhnya semua cinta itu adalah cabang-cabang cinta kepada Allah Swt. Setelah mendengar jawaban dari ayahnya itu Husain jadi tersenyum mengerti.
  • Dan banyak yang lain lagi contoh-contoh Cinta  kepada ALLAH SWT yang masyhur dikalangan ulama dan masyarakat kita dengan disebut orang sufi atau Tasauf
Marilah kita telaah keadaan cinta itu. kita taarifkan bahawa cinta itu kepada kebersaman tubuh kita. Ini nyata sekali pada diri kita tiap-tiap satunya mencintai apa yang memberi  kepuasan kepadanya. Mata cinta kepada bentuk-bentuk yang indah. Telinga cinta kepada bunyi-bunyinya yang merdu, dan sebagainya. Inilah jenis cinta yang kita ada dan binatang(hewan) pun ada. hanya saja ada perbedaan antara cinta yang dimiliki manusia dan binatang dari makna yang terkandung dan akal manusia yang ALlah SWT telah disempurnakan. Dengan melalui inilah kita mengenal keindahan dan keagungan Allah SWT. Oleh itu, mereka yang terpengaruh dengan keinginan jasmaniah atau hal duniwi saja tidak akan dapat mengerti apa yang dimaksudkan oleh RosulullahSWA. 
Cinta Manusia biasa yang memandang zhohir saja akan berkata bahawa kecantikan itu terletak pada warna kulit yang putih dan merah, kaki dan tangan yang elok bentuknya, tetapi orang ini buta kepada kecantikan akhlak, berbeda dengan Cinta Para Rasul, Para Nabi, Para Sahabat Nabi, Para Sufi, dan para orang-orang shaleh yang dikatakannya bahwa seseorang itu mempunyai sifat-sifat akhlak yang "indah". Cinta seperti ini bukan memandang kepada sifat-sifat zhohir sahaja, tetapi memandang kepada sifat-sifat batin.
ANALISA CINTA KEPADA ALLAH

  1. Bahawa seseorang itu cinta kepada dirinya sendiri dan menyempurnakan keadaannya sendiri. Ini membawanya secara langsung menuju Cinta kepada Allah, kerana wujudnya dan sifatnya manusia itu adalah semata-mata Kurniaan Allah SWT semata. Jika tidaklah kerana izin Allah SWT, manusia tidak akan ada ke alam Dunia. Kejadian manusia itu dan pencapaian menuju kesempurnaan adalah juga dengan kurnian Allah semata-mata. Oleh itu, kenapa manusia itu tidak Cinta kepada Allah? Jika tidak cinta kepada Allah SWT bererti ia tidak mengenal-Nya. Tanpa mengenalNya orang tidak akan Cinta kepadaNya, kerana Cinta itu timbul dari pengenalan dan dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT 
  2. Bahwa manusia itu cinta kepada orang yang menolong dan memberi kurniaan kepada dirinya. Pada hakikatnya yang memberi pertolongan dan kurniaan itu hanya Allah SWT. Semua pertolongan dan kurnian dari makhluk atau hamba itu adalah semata-mata dari Allah SWT. "kullu syaiin biqodarin (Segala Sesuatu adalah kehendak Allah SWT)"
  3. Cinta yang ditimbulkan dengan cara renungan atau tafakur tentang Sifat-sifat Allah SWT, Kuasa Allah SWT dan Keagungan Allah SWT. Cinta ini adalah seperti cinta yang kita rasai, Cinta yang terus mesti dipupuk agar subur agar bisa Mencintai Allah SWT seperti para orang-orang shaleh.
Kesimpulan

Pada hakikatnya, cinta kepada Allah SWT benar-benar mengambil tempat seluruhnya didalam hati seseorang, maka cintanya kepada yang lain tidak akan dapat mengambil tempat langsung ke dalam hati itu sendiri. Hanya kepada Allah SWT ruang dan waktu dalam pekerjaan semuanya. Orang yang bisa dan mampu mencintai Allah SWT sepenuh hati akan selalu berpegang teguh pada keimanannya dan meningkatkan kedekatan dirinya kepada Allah SWT.  Semoga Kita bisa dan mampu mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. amin yaa robbal 'alamin.

Ya Allah, Ighfirlana min khothoina,, wa ala walidaina, warham huma, warfa' darojatuhuma, kama robayani soghiro.

Semoga bermanfaat Hikmah Jadikanlah perlajaran dan pembelajaran Kita dalam meningkatkan ketaqwaan kita kepa Allah SWT.